(Ajibarang, Banyumas) – Memiliki teladan dalam kehidupan sangat penting untuk membangun potensi diri. Khusus umat Islam meneladani Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah anugerah. Karena dengan meneladaninya, manusia akan selamat, bahagia dunia akhirat. Dari catatan sejarah mereka yang mengikuti Nabi, mampu memiliki pribadi yang unggul, rahmatan lil ‘alamin dan husnulkhatimah.
Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) SMK Ma’arif NU 2 (SMK Manuda) Ajibarang menggelar pengajian bersama Gus Sa’dullah atau akrab dipanggil Gus Sa’dun, Pengasuh PP Ath-Thohiriyyah, Purwokerto pada Rabu (28/10). Acara dimulai pukul 08.00 WIB, bertempat di Masjid Ibnu Sina, komplek SMK Manuda diikuti oleh perwakilan siswa dan perwakilan bapak dan ibu guru. Peserta dibatasi mengingat menghindari penyebaran pandemi Covid-19, dengan mematuhi protokol kesehatan, sementara siswa lain diarahkan mengikuti secara virtual. Sebelum masuk ke puncak acara, diawali dengan pembacaan Ratibul Haddad dan Salawatan diiringi musik hadroh.
Maulid Nabi yang diperingati setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah. Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW bertujuan mengenal utuh kehidupan Nabi, lalu mengevaluasi diri sejauh mana kehidupan umat manusia dalam mencontoh/meneladani kehidupan Nabi. Peringatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai hal seperti pembacaan Maulid al-Barzanji, senantiasa bersalawat dan lain sebagainya. Sehingga kita dapat meneladani kepribadian Nabi Saw yang mulia. Menjadikan Rasul sebagai motivator, inspirasi yang luhur saat beramal dan sebaik-baiknya idola sepanjang masa. Maka kita harus bangga menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Karena tak ada Nabi yang dapat memberi syafaat kecuali Nabi Muhammad SAW.
Di dalam al-Qura’n terdapat banyak ayat yang memerintahkan kaum muslim untuk ittibak Rasulullah SAW agar hidupnya selamat di dunia dan akhirat.
ā€¯Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW suri teladan yang baik bagimu bagi orang yang mengharap rahmat Allah SWT dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab:21).
Akhlaknya yang begitu mulia dan menjadi Uswatun Hasanah (suri tauladan yang baik). Dalam isi kitabnya memaparkan seperti saat beliau bertemu dengan anak kecil beliau mampu berekspresi layaknya seorang anak kecil. Sehingga anak kecil sangat senang melihat Nabi. Sehingga anak kecil pun nyaman mendengar perkataan yang diucapkan Nabi. Selain itu juga nabi sering berdoa untuk kebaikan bagi siapa yang meminta doa kepadanya atau bertemu dengannya. Dan doanya mudah dikabulkan oleh Allah Swt sebagai mukjizat setiap Nabi SAW.
Rasul merupakan manusia paling sempurna dari segi fisik maupun akhlaknya. Sebagai utusan Allah, Nabi ditugaskan membersihkan hati dan membangun akhlak yang terbaik sesama manusia. Membersihkan hati merupakan landasan agar manusia memiliki kemulian. Karena hati kotor mempengaruhi pola pikir dan sikap kita yang dapat menjadikan sulit menerima hidayah. Hati yang kotor bagai kaca yang tak memantulkan cahaya.
Gus Sa’dun menceritakan sikap Nabi yang istimewa. Suatu hari ada seseorang yang hendak membunuh Rasulullah SAW. Namun saat orang tersebut melihat Rasulullah SAW tersenyum, luluhlah hati orang tersebut. Nabi tak pernah menaruh rasa dendam kepada orang yang berlaku buruk padanya. Santri harus memiliki etika yang baik kepada guru. Karena orang yang tak memiliki etika bagaikan lalat yang hinggap di segala tempat yang kotor kemudian hinggap di tempat yang baik (tidak memiliki adab). Gus Sa’dun menyimpulkan, Rasulullah SAW senantiasa menunjukkan pada jalan kebenaran. Akhlaknya bagai Al-Qur’an berjalan. Rasul pun seorang pemaaf dan tak segan untuk meminta maaf. Jika disakiti ia membalas dengan kebaikan. Senantiasa berkata jujur. Ketika Rasul berbicara apa yang dikatakannya bagai buah yang manis, senyumnya bagai hujan yang jatuh.
“Semua yang ada pada diri Rasulullah itu, kita dapat meneladaninya seperti murah senyum, tidak menyakiti orang lain serta tidak egois.” Pungkas Gus Sa’dun.
Semoga dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW menjadikan kita terbentuk pribadi yang unggul, bermanfaat saat berada di lingkungan masyarakat.
Kontributor: Nur Fadilah
Editor: Muhammad Badrun